Jangan menyepelekan apabila sang buah hati mempunyai tingkah laku yang tidak biasa. playing victim , karena hal ini dapat berdampak pada pembangunan karakternya di kemudian hari. Perhatikan kondisi di dalam rumah, apakah kesalahan orang tua menyebabkan tingkah laku anak tersebut. playing victim pada anak?
Dikutip dari Healthline, playing victim adalah pola pikir di mana seseorang selalu menempatkan diri sendiri seolah-olah sebagai korban dalam segala situasi. Orang yang memiliki karakter perilaku ini juga meyakini orang lain selalu salah dan membuatnya menderita.
Anak-anak, termasuk di usia remaja, terbiasa berperilaku playing victim cenderung agar diperhatikan orang sekitar. Termasuk menuduh dan melakukan manipulasi.
Apakah playing victim pada anak berbahaya?
Menurut konselor perkawinan dan keluarga, Vicki Botnick, sang pelaku playing victim biasanya senang menyalahkan orang lain atas masalah yang mereka timbulkan.
"Selain itu, mereka sering kali merayu orang lain agar mendapat belas kasihan dan pengakuan," katanya seperti dilansir dari situs tersebut. Healthline .
|
Pola Asuh yang Berisiko Sebabkan Anak Gangguan Narsistik Tanda Disadari
|
Kebiasaan semacam itu tak bisa disepelekan, Bu. Kalau dibiarkan dan berlangsung lama, anak mungkin akan berkembang dengan mindset untuk mengelak dari kewajiban.
Kelak, anak tersebut bisa mengalami tantangan yang lebih besar saat berinteraksi di kemudian hari, mencakup sulitnya membuat teman baru serta bergaul dengan kerumunan orang.
Kesalahan orangtua menjadi faktor utama dalam pembentukan perilaku anak playing victim pada anak
Orangtua berperan sebagai sumber pengaruh paling signifikan dalam perkembangan seorang anak, khususnya selama tahap awal pertumbuhan mereka. Anak-anak secara hati-hati memerhatikan serta mencontoh perilaku yang ditunjukkan oleh para orangtuanya.
Jika melihat orang tua selalu 'menjadi korban' saat ada masalah, maka besar kemungkinan anak-anak akan mengadopsi pola pikir tersebut.
Seseorang dengan mentalitas playing victim meyakini bahwa dia tak merasa menguasai nasibnya, merasa lemah, gagal mandirikan diri, serta selalu menjatuhkan kesalahan pada pihak lain atas ketidaksuksesannya.
Berikut beberapa kesalahan orang tua penyebab perilaku ini pada anak:
1. Mudah putus asa
Salah satu kesalahan orang tua yang bisa menjadi penyebab anak berperilaku playing victim Adalah mudah untuk menyerah ketika menghadapi hambatan atau tantangan. Ini termasuk jika seseorang sering kali berkata, 'Kenapa saya selalu mendapatkan masalah seperti ini?'
Sikap yang demikian dapat memberikan contoh yang negatif bagi anak. Anak akan belajar berpikir serupa bahwa seperti orang tuanya, mereka juga memiliki sedikit kendali atas kehidupannya sendiri.
2. Teruslah menunjukkan belaian kasih sayang kepada anak ketika mereka merasa gagal
Apabila orangtua terus-menerus bersikap simpati pada anak ketika menghadapi kekecewaan, hal ini bisa menurunkan motivasi si anak. Kekurangan pendampingan yang membangun rasa percaya diri pun dapat mendorong anak berpandangan negatif tentang dirinya sendiri sebagai seorang korban.
3. Meremehkan kemampuan anak
Kesalahan selanjutnya dari para orangtua adalah sering kali mengabaikan bakat, ketangguhan, atau potensial sang anak dan juga mencurigai kemampuannya.
Orang tua harus tetap waspada ketika terlalu menekankan hal-hal yang tak bisa dilakukan anak, daripada memfokuskan diri pada kemampuan mereka. Pendekatan seperti ini mungkin mengarah ke cara pandang yang negatif. playing victim untuk anak-anak, sebab hal itu membuat mereka mulai meragukan kepercayaan diri mereka.
Anak cenderung menginginkan agar oranglain menyelesaikan tantangan yang dihadapi, daripada mencoba mengatasi masalahnya dengan usaha sendiri.
4. Pastikan selalu mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi anak
Biasanya orangtua tak ingin anak-anak merasakan kesulitan, oleh karena itu mereka dengan cepat berusaha 'menolong' ketika anak-anak terhadap menghadapi suatu permasalahan.
Jangan membiasakannya, hal itu bisa menyebabkan anak menjadi terlalu bergantung dan berpikir bahwa dia selalu perlu orang lain untuk mencapai apa yang diinginkan.
5. Trauma masa lalu
Masalah yang telah dihadapi seorang anak pada masa lalu mungkin berdampak tersembunyi pada kondisi psikis mereka saat ini. Sebagai contoh, orangtua mungkin tanpa sengaja menyinggung atau merugikan sang anak dalam hal fisik ataupun emosional, dan hal tersebut dapat mengarah kepada sikap si anak untuk selalu ingin menang di waktu mendatang.
Tidak mustahil bahwa hal ini juga mempengaruhi cara dia bertindak ketika menemui sebuah permasalahan.
Apa langkah yang tepat untuk menangani anak berpribadi seperti itu?
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/maroke
|
Berikut sejumlah metode yang bisa dijalankan oleh para orangtua ketika berurusan dengan anak memiliki kepribadian tertentu: playing victim :
1. Introspeksi diri dan ubah perilaku
Dikutip dari Web MD , playing victim Sebetulnya ini adalah suatu tindakan yang dapat diikuti dengan mudah oleh anak-anak. Hal tersebut tidak datang secara alami kepada mereka saat dilahirkan.
Artinya, anak mengambil kebiasaan ini dari lingkungannya, seperti halnya dengan orang tuanya. Bila Anda menduga bahwa pemikiran serupa bisa disebabkan oleh tingkah laku biasa yang diperlihatkan oleh orang tua di rumah, maka tinjau kembali perilaku tersebut dan ubahkan gaya sikap Anda.
2. Izinkan anak merasakan konsekuensi dari tindakannya sendiri
Jauhi kecenderungan untuk langsung membantu anak ketika menghadapi kesulitan. Beri mereka ruang untuk mempelajari cara mengatasi masalahnya sendiri, Bunda.
Jika nantinya anak menghadapi kegagalan, jangan marahi mereka. Beri dukungan yang tepat dengan memberikan batasannya, sehingga anak dapat belajar melalui pengalaman konsekuensial tersebut.
Anak-anak pun akan mempelajari bagaimana caranya untuk mengendalikan berbagai aspek dalam kehidupan mereka dan tidak selalu perlu menyetujui pengontrolan yang datang dari pihak lain.
3. Bersikap tegas
Janet Lehman, seorang sosiolog yang memiliki gelar MSW, mengatakan bahwa orangtua harus tegas serta berperan dengan baik saat anak bertingkah nakal. playing victim Jangan sampai terpengaruh oleh emosi yang diperlihatkan si kecil.
"Terus tunjukkan kepedulian yang sebenarnya, namun jangan lupakan untuk selalu mendidik anak tentang cara menangani ketidakadilan serta berbagai permasalahan yang muncul," tambah Lehman, demikian dilansir dari Empowering Parents.
4. Latih anak untuk mengambil risiko
Dalam bukunya yang berjudul Bukan Salah Saya, Sikap Korban dan Menjadi Bertanggung Jawab , George A. Goens, Ph.D., mengajarkan pentingnya anak belajar mengambil risiko.
"Saat anak-anak menghadapi hambatan dalam kehidupannya dengan tanggung jawab dan tidak saling menyalahkan, ini akan membimbing mereka menuju kesuksesan di kemudian hari," tambah Goens.
Penting bagi orang tua untuk mendukung anak dalam mengatasi hambatan dengan memperbolehkannya terlibat dalam berbagai aktivitas yang menyulitkan.
5. Libatkan tenaga profesional
Terkadang ibu merasa kehabisan kesabaran, khususnya ketika berurusan dengan anak yang bersikap seperti itu. Oleh karena itu, bila telah sampai pada titik tersebut, tidak ada salahnya bagi ibu untuk meminta bantuan ahli profesional dalam mengatasi masalah ini.
Ini juga merupakan tahap penting apabila karakter yang dipunyai anak telah mengacaukan stabilitas emosional keluarga.
|
Pilihan Redaksi
|
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway , yuk join Komunitas Squad. Untuk mendaftar, silakan klik disini. SINI . Gratis!
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/maroke
10 Indikasi Orang Tua dengan Kecerdasan Emosi Kurang Sesuai Pendapat Para Ahli
5 Karakteristik Orang Tua yang Memiliki Relasi Negatif dengan Anak Remaja Mereka
Hindari Meneri ter Hadiah "Berhati-hati" ketika Memberikan Peringatan pada Anak, Beginilah Saran Para Ahli Psikologi Tentang Ungkapan yang Lebih Baik