Investor Asing Kembali ke Saham BMRI dan BBRI: Apakah Tren Ini Berlanjut?

.CO.ID - JAKARTA. Seiring dengan pendekatan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang akan datang bagi bank-bank milik negara pada akhir bulan ini, aktivitas penjualan oleh investor asing perlahan-lahan berkurang.

Namun, ancaman penjualan mungkin masih harus diperhatikan dengan baik, karena keadaan perekonomian dunia yang belum benar-benar membaik.

Menurut penelitian, transaksi pembelian saham sektor perbankan yang dijalankan oleh investor luar negeri seringkali menggunakan jasa UBS Sekuritas Indonesia.

Ini terlihat pada transaksi saham PT Bank Mandiri Tbk ( BMRI dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) BBRI ) dalam rentang tanggal 1 Maret sampai dengan 14 Maret 2025.

Berikut Adalah Sentimen yang Menyebabkan Saham Bank Mengalami Penurunan Trend

Secara rinci, net buy Asing di UBS Sekuritas untuk saham BMRI yang terdaftar mencapaiRp 96,7 miliar. Meski demikian, jumlah tersebut mengalami perubahannilai net buy Terbesarnya terjadi di Maybank Sekuritas, dengan angka sekitar Rp 265,8 miliar.

Berbeda dengan itu, di bulan Februari 2025, kedua Maybank Sekuritas dan UBS Sekuritas tetap mencatatkan net sell.

PT Maybank Sekuritas mengekspose dana sebesar Rp 1,03 triliun dari penjualan saham, sedangkan UBS Sekuritas berhasil meraih pencapaian tertentu dalam laporan mereka. net sell sebesar Rp 569,1 miliar.

Peristiwa serupa pun berlaku untuk saham BBRI. UBS Sekuritas melaporkan net buy senilai Rp 106,7 miliar, walaupun besarnya tetap di bawah J.P. Morgan Sekuritas yang mencatatkan net buy hingga Rp 1,37 triliun.

Apabila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, terjadi perubahan yang cukup mencolok dalam trend tersebut.

Pada bulan Februari tahun 2025, J.P. Morgan Sekuritas merencanakan untuk mencatat net sell Rp 1,25 triliun, sementara itu UBS Sekuritas melaporkan net sell sebesar Rp 552,8 miliar.

Analis Memperkirakan Tekanan Penjualan Asing di Saham Perbankan Semakin Berkurang

Saham Sektor Perbankan Menguat, Dorong oleh Pembelian Bersih

Pengembalian aktivitas pembelian oleh investor asing juga berperan dalam meningkatkan nilai saham perbankan yang sebelumnya mencapai titik terendah tahun ini pada tanggal 28 Februari 2025.

Mulai saat tersebut, harga saham BMRI meningkat 3,04% mencapai angka Rp 4.750 per saham, sedangkan BBRI mengalami kenaikan signifikan sebesar 11,6% hingga berada di posisi Rp 3.750 per saham.

Kartika Wirjoatmodjo, Deputi Menteri Badan Usaha Milik Negara, menganggap bahwa kembalinya investasi asing ke sektor bank adalah indikator yang baik.

Dia yakin bahwa performa sektor perbankan pada tahun 2024 dan potensi pertumbuhannya di tahun 2025 akan tetap mengikuti arah positif.

Namun, orang yang biasanya dipanggil Tiko itu menegaskan bahwa situasi pasarnya masih berubah-ubah.

Penjualan oleh investor asing mungkin masih berlanjut, khususnya disebabkan oleh elemen-elemen luar seperti keputusan tingkat suku bunganya The Fed.

Namun hal tersebut lebih disebabkan oleh situasi pasarnya di Amerika Serikat serta harapan-harapan terkait tingkat suku bunganya The Fed. Inilah yang menjadi faktornya. Sedangkan dari dalam negeri, sentimennya tetap positif," ungkap Tiko ketika bertemu dengan kami beberapa waktu lalu.

Saham BBCA Kembali Mencapai Angka Rp 9.000 Seiring dengan Pendekatan Pengungkapan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham

Penilaian Menarik serta Momentum Bagi Pembagian Dividen Sebagai daya tarik

VP Pemasaran, Strategi, dan Perencanaan di Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi mengatakan bahwa antusiasme para investor asing terhadap saham sektor perbankan disebabkan oleh penilaian yang masih cukup rendah jika dibandingkan dengan catatan sebelumnya.

Di samping itu, elemen strategi bagi distribusi dividen dan tindakan pasar juga mempengaruhi. buyback turut menjadi daya tarik.

"Kami pun mengamati bahwa momen peluncuran laporan kinerja kuartal I/2025 bisa berperan sebagai pendorong positif apabila menunjukkan pertumbuhan yang signifikan," ujarnya.

Walaupun begitu, dia menyadari bahwa aliran dana asing tetap dalam jumlah kecil. Secara keseluruhan, trend pengalihan modal masih memiliki risiko tinggi, terlebih lagi akibat ketidaktentuan ekonomi dunia, aturan bea cukai Amerika Serikat, dan kemungkinan pelaporan hasil kerja yang tidak sesuai dengan harapan pasar.

Sentiman Internasional serta Kebijakan Pemerintah Menjadi Penentu Utama

Investment Analyst EdVISOR Profina Visindo, Indy Naila, mengatakan pula bahwa atmosfer di pasar saham terus dipengaruhi oleh beban faktor-faktor global.

Investor luar negeri umumnya lebih waspada sebelum masuk ke pasaran negara-negara sedang tumbuh.

Menurut dia, salah satu alasan mengapa para investor asing tertarik pada saham sektor perbankan adalah karena meningkatnya peringkat yang diberikan oleh JP Morgan.

Sunarso Membeli Banyak Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Ketika Harganya Sedang Murah

Di samping itu, saham blue chip dari sektor perbankan dinilai mempunyai dasar keuangan yang solid.

Akan tetapi, ada beberapa faktor dalam negeri yang mungkin menimbulkan sentimen negatif, misalnya kebijakan pemerintah tentang sektor perbankan, seperti pencabutan bantuan kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang bisa mengundang dugaanperlambatan pertumbuhan kredit.

Dia juga menggarisbawahi keraguan dalam pelaksanaan program Danantara berkaitan dengan pengoptimalan sumber daya perbankan.

"RUPST dapat menjadi kesempatan yang ditunggu-tunggu oleh investor asing berkat potensi dividen yield yang menarik," katanya.

Lebih baru Lebih lama